Sabtu, 30 Desember 2017

Review Jurnal KOMUNIKASI ORGANISASI (ANALISISPENDEKATAN MIKRO) DALAM PELAKSANAAN REBOISASI PADA KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU

Judul                           : KOMUNIKASI ORGANISASI (ANALISISPENDEKATAN
MIKRO) DALAM PELAKSANAAN REBOISASI PADA KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU
Penulis                         : Ma’ruf Abdullah Zain Noktah Aslie
Jurnal                           : Jurnal Komunikasi, Bisnis, dan Manajemen
Volume & halaman     : Vol. 4 No. 1

LATAR BELAKANG
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris ‚communication‛),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Aktifitas komunikasi dalam instansi pemerintah senantiasa disertai dengan adanya tujuan – tujuan diantaranya adalah keberhasilan dalam tugas karyawan dalam keberhasilan pengelolaan instansi tersebut sesuai dengan visi dan misi yang telah di tetapkan, dengan metode komunikasi Organisasi. Metode komunikasi organisasi adalah korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi yang terfokus pada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Krisis air bersih, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan isu besar. Kemudian, terjadinya pemanasan global salah satu penyebabnya adalah degredasi hutan. Salah satu cara untuk mengatasi isu dan fenomena alam di atas dengan dilakukannya reboisasi, dimana keberhasilan reboisasi sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan pengelolaan hutan.
Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi dilakukan manusia baik secara perorangan, kelompok, atau organisasi.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan menentukan kasus yang diteliti, terarah pada satu karakteristik, dilakukan pada satu sasaran atau lokasi atau subyek, yaitu hubungan pendekatan mikro komunikasi komunikasi organisasi dengan Keberhasilan reboisasi Pada Kesatuan pengelola Hutan Produksi (KPHP) Model Pulau Laut dan sebuku. Deskripsi meliputi, potret subyek, rekonstruksi dialog, catatan tentang berbagai peristiwa khusus. Pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan.

HASIL PENELITIAN
            Dari hasil kegiatan reboisasi tersebut ada beberapa hal yang bisa di kutip dari yang penulis dapatkan adalah pelaksanaan reboisasi dengan pola hutan Rakyat. Bahwa kegiatan yang paling berhasil adalah reboisasi pada Hutan Rakyat, dikarenakan jenis bibit sesuai dengan kemauan masyarakat dan tanah adalah milik masyarakat sehingga terpelihara dengan baik oleh masyarakat itu sendiri.
            pola pertama melalui Kebun Bibit Rakyat (KBR), pola yang digunakan ini dengan teknis satu Desa membuat kelompok tani yang disyahkan melalui kepala Desa serta kelompok tani membuat bibit sendiri dan menentukan jenis bibit sendiri, serta lokasi penanaman berada pada lahan milik masyarakat itu sendiri, hasil kemudian dimanfaatkan oleh kelompok tersebut, dan pola kedua dengan Pola pekarangan, tidak jauh beda dengan kebun Bibit Rakyat (KBR) yang membedakan pada Pola ini adalah bibit yang sudah di sediakan .
            hal ini diperlukan salah satunya adalah untuk pemberian orientasi dan latihan pada sebuah kelompok organisasi. Pada kelompok tani pola pekarangan dengan menerima bibit langsung tanpa membuat sendiri memiliki sisi negatif, Selain itu Kurangnya dalam komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompoknya
            Ada perbedaan yang nyata dengan yang dilakukan pada Pola Kebun Bibit Rakyat (KBR) walaupun hanya satu item yang dilakukan. Dalam Reboisasi Hutan Lindung penanaman dilakukan oleh Kelompok Kerja bukan Kelompok Tani Masyarakat, dan kerjanya dilakukan dengan sistem upah, Jenis tanaman pun ditentukan pihak pemerintah
            Komunikasi Organisasi dalam Unit Kesatuan Pengelola Hutan Produksi Model Pulau Laut dan sebuku tidak terjalin dengan baik dikarenakan beberapa faktor internal dan eksternal. Terjadi kendala komunikasi Organisasi Pelaksanaan reboisasi pada unit Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi Model Pulau Laut dan sebuku adanya faktor lingkungan ( lokasi dan waktu Pelaksanaan reboisasi)
            Pendekatan Mikro tidak dimanfaatakan dengan baik terhadap kelompok kerja dan anggoata Unit pelaksana teknis Kesatuan pengelola Hutan Produksi Model pulau Laut dan sebuku, sehingga tidak terjadi kenyamanan kerja Personil pada Unti Organisasi tersebut. Peningkatan komunikasi dan koordinasi dengan stake Holder dengan tujuan untuk penguatan kelembagaan agar pelaksanaan reboisasi kedepannya berjalan dengan baik dan terarah.