Judul :
KOMUNIKASI ORGANISASI
(ANALISISPENDEKATAN
MIKRO) DALAM PELAKSANAAN REBOISASI PADA KESATUAN
PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU
Penulis : Ma’ruf Abdullah Zain Noktah Aslie
Jurnal :
Jurnal
Komunikasi, Bisnis, dan Manajemen
Volume
& halaman : Vol. 4 No. 1
LATAR
BELAKANG
Kata atau istilah komunikasi (dari
bahasa Inggris ‚communication‛),secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk
pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai
komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which
individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to
and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu
hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan
pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Aktifitas komunikasi dalam instansi
pemerintah senantiasa disertai dengan adanya tujuan – tujuan diantaranya adalah
keberhasilan dalam tugas karyawan dalam keberhasilan pengelolaan instansi
tersebut sesuai dengan visi dan misi yang telah di tetapkan, dengan metode
komunikasi Organisasi. Metode komunikasi organisasi adalah korelasi antara ilmu
komunikasi dengan organisasi yang terfokus pada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi.
Krisis air bersih, kekeringan, kebakaran
hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan isu besar.
Kemudian, terjadinya pemanasan global salah satu penyebabnya adalah degredasi
hutan. Salah satu cara untuk mengatasi isu dan fenomena alam di atas dengan
dilakukannya reboisasi, dimana keberhasilan reboisasi sebagai tolak ukur
tingkat keberhasilan pengelolaan hutan.
Kehidupan manusia akan tampak hampa
apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia,
baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat
terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing
melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi dilakukan manusia baik secara
perorangan, kelompok, atau organisasi.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan menentukan kasus
yang diteliti, terarah pada satu karakteristik, dilakukan pada satu sasaran
atau lokasi atau subyek, yaitu hubungan pendekatan mikro komunikasi komunikasi
organisasi dengan Keberhasilan reboisasi Pada Kesatuan pengelola Hutan Produksi
(KPHP) Model Pulau Laut dan sebuku. Deskripsi meliputi,
potret subyek, rekonstruksi dialog, catatan tentang berbagai peristiwa khusus.
Pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa
yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan.
HASIL
PENELITIAN
Dari hasil kegiatan reboisasi
tersebut ada beberapa hal yang bisa di kutip dari yang penulis dapatkan adalah
pelaksanaan reboisasi dengan pola hutan Rakyat. Bahwa kegiatan yang paling
berhasil adalah reboisasi pada Hutan Rakyat, dikarenakan jenis bibit sesuai
dengan kemauan masyarakat dan tanah adalah milik masyarakat sehingga
terpelihara dengan baik oleh masyarakat itu sendiri.
pola pertama melalui Kebun Bibit
Rakyat (KBR), pola yang digunakan ini dengan teknis satu Desa membuat kelompok
tani yang disyahkan melalui kepala Desa serta kelompok tani membuat bibit
sendiri dan menentukan jenis bibit sendiri, serta lokasi penanaman berada pada
lahan milik masyarakat itu sendiri, hasil kemudian dimanfaatkan oleh kelompok
tersebut, dan pola kedua dengan Pola pekarangan, tidak jauh beda dengan kebun
Bibit Rakyat (KBR) yang membedakan pada Pola ini adalah bibit yang sudah di
sediakan .
hal ini diperlukan salah satunya
adalah untuk pemberian orientasi dan latihan pada sebuah kelompok organisasi.
Pada kelompok tani pola pekarangan dengan menerima bibit langsung tanpa membuat
sendiri memiliki sisi negatif, Selain itu Kurangnya dalam komunikasi untuk
melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompoknya
Ada perbedaan yang nyata dengan yang
dilakukan pada Pola Kebun Bibit Rakyat (KBR) walaupun hanya satu item yang
dilakukan. Dalam Reboisasi Hutan Lindung penanaman dilakukan oleh Kelompok
Kerja bukan Kelompok Tani Masyarakat, dan kerjanya dilakukan dengan sistem
upah, Jenis tanaman pun ditentukan pihak pemerintah
Komunikasi Organisasi dalam Unit
Kesatuan Pengelola Hutan Produksi Model Pulau Laut dan sebuku tidak terjalin
dengan baik dikarenakan beberapa faktor internal dan eksternal. Terjadi kendala
komunikasi Organisasi Pelaksanaan reboisasi pada unit Kesatuan Pengelolaan
Hutan produksi Model Pulau Laut dan sebuku adanya faktor lingkungan ( lokasi
dan waktu Pelaksanaan reboisasi)
Pendekatan Mikro tidak dimanfaatakan
dengan baik terhadap kelompok kerja dan anggoata Unit pelaksana teknis Kesatuan
pengelola Hutan Produksi Model pulau Laut dan sebuku, sehingga tidak terjadi
kenyamanan kerja Personil pada Unti Organisasi tersebut. Peningkatan komunikasi
dan koordinasi dengan stake Holder dengan tujuan untuk penguatan kelembagaan
agar pelaksanaan reboisasi kedepannya berjalan dengan baik dan terarah.